Assalamualaikum rakan ban mandum, Sudah lama tidak mengisi artikel baru di asalasah.com. Alhamdulillah dikesempatan kali ini saya memiliki bahan atau topik yang ingin dibahas di blog ini. Yaitu mengenai perjalanan Gowes kami ke air terjun mon ceunong di Aceh Besar. Jadi begini ceritanya…

Alhamdulillah teman seperjuangan sekampus dulu yang sudah lama tidak jumpa mengajak saya untuk sama-sama Gowes ke mon Ceunong.  Sempat ragu untuk menerima ajakan tersebut mengingat  jarak menuju area tersebut lumayan jauh yaitu kurang lebih 30 km.  Sedangkan saya sudah lama tidak mengayuh sepeda untuk jarak jauh. Namun setelah membayangkan keseruan-keseruan gowes dan hal-hal positif yang didapatkan, saya jadi semangat dan mengiyakan ikut gowes.

Jadi pada hari Sabtu tanggal 4 Juli 2020, kami yang berjumlah 7 orang berangkat dari rumah masing-masing yang terpencar-pencar dan berkumpul di satu titik untuk berangkat sama-sama ke mon ceunong. Dari rencananya berangkat dari rumah pukul 6 lewat sedikit malah molor menjadi hampir jam 7.  Rencana kami berangkat pagi-pagi sekali karena mengingat cuaca Banda Aceh dan Aceh Besar akhir-akhir ini cenderung sangat panas.  Namun Alhamdulillah di pagi hari kami berangkat itu ternyata langit diselimuti oleh awan sehingga terasa lebih adem.

Adapun Mon ceunong yang kami tuju itu merupakan kolam air terjun yang terletak di Desa Aneuk Glee, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh besar, Provinsi Aceh. Jaraknya dari rumah saya berangkat yaitu sekitar 30KM, lokasinya juga dekat dengan tempat wisata waterboom samahani. Namun untuk menuju air terjun mon ceunong, para traveler harus melwati medan yang begitu berat. Awalnya ekpektasi saya perjalanan ke Air Terjun Mon Ceunong hanya lewat aspal dan sedikit jalan offroad. Namun ternyata jalannya menanjak dan berbatu-batu. Memang sih bisa dilewati motor, namun tetap saja tidak ideal, idealnya sih motor-motor cross gitu yang lintasi medan begini.

Air Terjun Mon Ceunong, Aceh Besar - asalasah.com

sayangnya saya ga sempat berhenti foto-foto jalan terjalnya, karena terus mengayuh sepeda. ini foto di spot2 berhenti aja yang landai.

Sebenarnya medan offroad yg dilalui tidak begitu jauh, mungkin sekitar 5 KM dari total 30 KM. Beratnya medan membuat perjalanan berasa lama di medan offradnya. karakter jalan offroad yang kami lalui tanjakan berbatu besar, turunan berbatu, ada juga sungai sungai kecil berbatu yang tidak begitu dalam dan masih bisa dilewati dengan mganyuh sepeda. Jadi setelah melewati medan-medan berat, barulah kami disuguhi suara gemercik air terjun dan pemandangan seperti ini :

Air Terjun Mon Ceunong, Aceh Besar - asalasah.com

Walau dengan pakaian celana jogger panjang dan baju kaos. Saya tetap bebrisik dalam hati, ini harus mandi, harus berenang. hahaha. Alhamdulilah debit airnya pun ideal, airnya dalam dan sejuk, jernih sekali. Ditambah lagi ada sebatang pohon yang melintang di tengah-tengah kolam dari ujung baru ke ujung satunya lagi, sehingga sangat bagus untuk spot foto dan berdiam di tengah menikmati suasana mon ceunong. Setelah berfoto-foto sebentar, langsuung aja deh Mandii..

Air Terjun Mon Ceunong, Aceh Besar - asalasah.com

Bisa salto-salto juga di tengah pokok kayu itu. asik seru banget.. airnya yang dingin cocok untuk melepas lelah perjalanan gowes sejauh 30 KM.

Namun parahnya, di tengah perjalanan yang begitu berat, tidak satupun dari kami yang membawa bekal yang cukup. Bahkan ada juga teman saya hanya membawa satu botol minum di sepedanya dan itu pun sudah hampir habis selama perjalanan pergi.

Perjalanan pulang pun diwarnai dengan insiden, di tengah perjalanan offroad berbatu yang naik turun, sepeda teman saya putus rantainya. wkwkw, coba bayangin di tengah terik matahari, di atas bukit, perut kelaparan dan ga ada bekal makanan, ada insiden putus randai sepeda. wkwkwkw. singkat cerita akhirnya sama-sama jalan kaki dan seskali dorong saat di jalanan datar , Alhamdulilah banyak turunannya.

Akhirnya selepas dari bukit dan sampai di jalan besar kami menemukan bengkel yang dapat memperbaiki masalah rantai tersebut. Alhamdulillah perjalana kembali normal dan kami isitrahat sejenak salat zuhur di masjid yang ada di pinggir jalan. Setelah salat lanjut perjalanan pulang dan mampir di warung makan daerah jalan menuju taman rusa, daerah Sibreh. Di sana makan daging bebek, maknyuss.

Saya tiba di rumah pukul 5 sore, perjalanan gowes terpanjang yang pernah saya lakukan. Dan hari ini tepat sambil menulis artikel ini, otot kaki saya terutama paha dan pantat nyeri berat. hahah. Maklum lah ya, dah lama ga gowes, sekalinya gowes langusng 60 Km (Pulang Pergi) dan medannya ekstrim.

Oya berikut beberapa insiden atau hal menarik selama perjalanan

  • Teman kami di kejar anjing penjaga lahan saat perjalanan pergi ke mon ceunong, hampir digigit.. untung ada bapak-bapak yang tenangin dan usir anjingnya.
  • Insiden putus rantai sepeda yang membuat perjalanan pulang semakin terlambat.
  • Tidak membawa makanan, sehingga kami kelaparan
  • salah ambil jalan juga seru tapi ga jauhjauh amat salah nya, jalannya bercabang-cabang dan tetap ketemu di titik yang tepat. Memang sih keadaan alamnya mirip-mirip jadi maklum salah-salah jalan.

Sekian artikel kali ini sampai jumpa di artikel selanjutnya.. byee